Mengenal Perguruan Islamiyah; Wakaf Tertua di Kota Pontianak

Perguruan Islamiyah Pontianak di Jalan Imam Bonjol

Usia Perguruan Islamiyah sudah hampir seabad. Lembaga pendidikan yang berlokasi di Jalan Imam Bonjol tersebut lahir dari wakaf sebidang tanah oleh seorang dermawan bernama Haji Arif. Wakaf ini diketahui sebagai yang pertama atau tertua di Kota Pontianak.

SITI SULBIYAH, Pontianak

DI atas tanah yang diwakafkan oleh H Arif bin H Ismail tahun 1926 tersebut kini berdiri sekolah dengan berbagai jenjang. Mulai dari TK, SD, SMP, SMA, MTs, hingga MA. Selain itu, berdiri juga Masjid Islamiyah dan beberapa rumah toko (ruko).

“Waktu pertama kali didirikan, awalnya pendidikan di sini hanya seperti majelis taklim,” ungkap Luthfi Ramli, Ketua Yayasan Lembaga Perguruan Islamiyah saat ditemui Pontianak Post, Senin (3/1).

Haji Arif, begitu ia disapa, adalah warga Kampung Bangka yang dikenal sebagai seorang pengusaha sukses berhati dermawan. Pada saat itu, ia memiliki sebuah pabrik karet. Rumahnya terletak di pinggir Sungai Kapuas, tepatnya di Gang H Salmah, Kelurahan Bansir Laut, Pontianak Tenggara. Rumah itu dipugar Pemerintah Kota Pontianak dan dijadikan sebagai cagar budaya.

“Rumah yang di tepi sungai milik Haji Arif itu jadi cagar budaya,” katanya.

Dosen Universitas Muhammadiyah Pontianak, Nilwani mengatakan lahan yang diwakafkan oleh Haji Arif untuk mendirikan perguruan tersebut merupakan wakaf pertama di Kota Pontianak. Sang wakif- orang yang berwakaf- punya tujuan mulia, yakni memberikan pendidikan bagi warga di Kota Pontianak. Kala itu, hanya ada sekolah Belanda.

“Proses awal adalah pengajian yang saat itu masih berjalan di rumah wakif (Haji Arif, red). Kemudian ramai dan tidak tertampung,” katanya. Tanah yang diwakafkan Haji Arif pada 1926 seluas kira-kira 10 ribu meter persegi. Tak sekadar mewakafkan, ia juga berikhtiar mendirikan sekolah di atas lahan tersebut.

Hal inilah yang kemudian menarik Nilwani untuk melakukan sebuah penelitian tentang pengelolaan dan pemberdayaan wakaf di perguruan ini. Ia mengkajinya dari aspek historis dan administratif.

“Wakif ini tidak sekadar diberikan begitu saja, tapi dia (Haji Arif, red) juga ikut dalam upaya bagaimana mendorong agar wakaf ini dikelola dan diberdayakan secara optimal. Kebanyakan wakif hanya menyerahkan benda yang diwakafkan, lalu selesai,” ujarnya.

Mulanya, di tanah tersebut dibangunkan masjid. Masjid itu kini bernama Masjid Islamiyah. Kemudian, tokoh ulama kala itu juga meminta didirikan sekolah. Haji Arif pun berupaya mewujudkannya.

Luthfi Ramli, Ketua Yayasan Lembaga Perguruan Islamiyah. Menunjukksn foto H Arif.

Dalam perjalanannya, Haji Arif kembali mewakafkan sebidang tanah seluas empat ribu meter persegi pada tahun 1936. Lokasinya tepat berada di seberang tanah wakaf yang pertama atau di sebelah Hotel 95. Kini lahan tersebut menjadi bagian dari Perguruan Islamiyah.

Upaya Haji Airf untuk memajukan pendidikan di Kota Pontianak lewat Perguruan Islamiyah tidak berhenti sampai di situ. Setelah mewakafkan lahan, ia kembali mewakafkan sebuah ruko tiga pintu yang terletak di Jalan Tanjungpura. Ruko tersebut disewakan, untuk kemudian seluruh hasilnya digunakan untuk membangun sekolah dan kebutuhan operasionalnya.

“Jadi ada tiga yang diwakafkan oleh Haji Arif. Pertama, tahun 1926 ia menyerahkan lahan yang sekarang berdiri masjid dan sekolah. Kedua, tahun 1936 ia menyerahkan lahan di seberang wakaf pertama. Ketiga, tahun 1940 menyerahkan ruko tiga pintu di Jalan Tanjungpura,” ujarnya.

Selain dermawan, Haji Arif juga terkenal cerdas. Hal ini terlihat dari didaftarkannya ketiga benda wakaf tersebut ke notaris. Jadi, apa yang sudah diwakafkan punya ketetapan hukum. Karena pada waktu itu Indonesia masih di era penjajahan, akta notaris masih menggunakan bahasa Belanda.

“Hal ini merupakan langkah maju yang dilakukan oleh Haji Arif, bagaimana beliau mendaftarkan wakafnya itu ke notaris, agar apa yang sudah ia wakafkan berkekuatan hukum,” imbuhnya.

Perguruan Islamiyah bagi Nilwani telah memberikan warna bagi pendidikan di Kota Pontianak. Dari sekolah ini telah melahirkan banyak orang berguna dan kompeten di berbagai bidang. “Haji Arif itu adalah sosok yang memiliki kedermawanan dengan visi jauh ke depan. Nilai kedermawanan yang perlu menjadi contoh bagi kita semua,” pungkasnya. **

Sumber: Pontianak Post