Memetik Manfaat dari Yayasan Edukasi Wakaf Indonesia untuk Kelestarian Desa Mandiri di Kalimantan Barat

Sadar akan potensi wakaf di Indonesia yang sedemikian besar, yakni aset tanah seluas 155 ribu hektar dan tersebar di 414 ribu lokasi sekaligus menunjukkan bahwa umat Islam Indonesia sangat dermawan, sejumlah pegiat wakaf mendirikan yayasan. Sesuai dengan namanya, Yayasan Edukasi Wakaf Indonesia, disingkat YEWI. YEWI fokus pada pendidikan. Sebab sejarah telah membuktikan bahwa tidak akan ada sebuah kemajuan bisa dicapai melainkan dengan majunya sektor pendidikan. YEWI fokus pada pendidikan wakaf secara integral-konprehensif.

Presentasi tentang YEWI didapatkan saat studi banding Badan Wakaf Indonesia (BWI) Perwakilan Provinsi Kalimantan Barat ke Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Semin, Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Selasa, 20/12/22. Wawan, seorang pemuda dengan penampilan sederhana memberikan penjelasan gamblang, bahwa YEWI lahir dan berkedudukan di Kota Pelajar, Yogyakarta.

Lahir di tahun 2015–tujuh tahun silam–YEWI bertujuan menjadi katalis perwakafan di Indonesia. Namun setahun sebelumnya, yakni, pada tahun 2014 YEWI telah melakukan riset penggunaan produk keuangan syariah dengan fundrising wakaf uang. Potensi wakaf uang di Indonesia menurut BWI Pusat sebesar Rp 188 triliun! Sebuah angka yang fantastis, nyaris 10% dari total APBN.

YEWI pun menjalin kerjasama erat dngan BWI Pusat untuk edukasi wakaf akibat rendahnya literasi wakaf nasional mengenai instrumen kesejahteraan rakyat via wakaf ini jika dibandingkan dengan zakat, infak dan sadakah,bahkan haji dan umroh.

Contoh konkret untuk biaya umroh per tahun, angkanya mencapai Rp 30 triliun, sedangkan wakaf uang baru mencapai level Rp 100 miliar.

“Ini menunjukkan kita kekurangan ahli di bidang perwakafan,” tegas Wawan.

Sejak 2017 YEWI melakukan percepatan edukasi wakaf sampai berhadapan dengan Pandemi Covid-19 di mana mengajarkan platform digital mesti dikuasai dan diberdayakan. Maka pada tahun 2020 dapat terselenggara 158 kali webinar dengan melibatkan 7.651 peserta. Setiap webinar membahas banyak topik wakaf antara lain: kajian wakaf kontemporer, pengembangan pasif amal, wakafplanner, wakafraiser, biro wakaf, bunda wakaf, hingga inkubator nazhir.

Percepatan di tahun berikutnya, 2021 lebih pesat lagi, yakni 184 kali webinar dengan melibatkan 9.543 peserta. Sepanjang tahun ini dikupas tema guru wakaf, literasi wakaf, pojok wakaf uang digital, cash waqf insurtech, hingga tercapai momentum Daerah Istimewa Yogyakarta Berwakaf.

YEWI tancap gas di tahun 2022 via platform digital. Mitra strategis seperti Bank Indonesia, perbankan syariah, dan lembaga-lembaga filantropi Islam mereka rekatkan dalam kerjasama produktivitas wakaf. Begitupula dengan mitra strategis nazhir wakaf uang. Semua mereka libatkan.
Tampak sekali kemesraan lembaga-lembaga lintas sektoral di DIY yang guyub.

***

Mesjid Besar Al Ikhlas Kecamatan Semin, Kabupaten Gunung Kidul, Provinsi DIY yang berseberangan dengan Kantor KUA Semin melantunkan azan zuhur. Saat melangkah menuju rumah Allah itu, anggota BWI Kalbar bercengkrama bersama Wawan yang juga hendak menunaikan ibadah shalat zuhur.

“KUA ternyata kaya,” ungkapnya seraya senyum. Kekayaan yang dimaksudkannya adalah kewenangan KUA sebagai ujung tombak dari Departemen Agama Republik Indonesia di struktur kecamatan.

Bahwa ada 10 tugas pokok setiap KUA, selain pencatatan pernikahan, juga perwakafan.

“Kita berhasil menemukan pola dengan integrasi wakaf via KUA sehingga lahir gerakan Pojok Wakaf Uang Digital yang alhamdulillah telah menemukan siklus perputaran uangnya secara produktif,” imbuhnya seraya senyum.

Bagaimana teknis implementasi Pojok Wakaf Uang Digital itu?

Pertama adalah calon suami-istri yang mendaftar pernikahan di KUA dihimbau untuk berwakaf. Sebab wakaf menggaransi pahala kita mengalir terus. Lantas, biasanya, pasutri tidak sungkan untuk berwakaf uang. Di sini ilmu dakwah wakaf bermain.

Karena wakaf uang sensitif dengan penyimpangan, KUA sudah siap siaga. KUA tidak mau mengesankan bahwa wakaf uang yang dihimbau ini merupakan “pemerasan” terselubung, sebab Departemen Agama telah memproklamirkan bahwa biaya aqad nikah nol rupiah alias gratis. Oleh karena itu,pasutri cukup masuk ke laman online dan memilih besaran dana wakaf uang yang mereka pilih. Dana wakaf uang pun tinggal transfer ke nazhir wakaf uang. Selanjutnya nadzhir menjaga dan mengawasi serta mengembangkan wakaf uang ini dengan pengawasan BWI serta Allah SWT.

KUA Semin dapat menghimpun dana Rp 42 juta dari 600 pasang calon suami-istri. Dana Rp 42 juta ini diinvestasikan ke lahan wakaf seluas 2 ha untuk rumput gajah. Rumput gajah ini bisa produktif 8x panen dalam dua tahun. Keuntungan pakan ternak ini bisa mencapai 100-250 juta bruto.
“Pokok modal Rp 42 juta dikembalikan kepada nazhir untuk ditanamkan ke lahan lainnya. Sementara keuntungan disalurkan bagi mawukuf alaihi serta tata kelola bagi nadzhir yang tidak lebih dari 10 persen,”ungkap Wawan.

Menariknya, cerita sukses di DIY ini telah menyerap banyak tenaga kerja. Tanpa terasa, instrumen wakaf uang yang produktif menjadi serum efektif mengentaskan kemiskinan.

Kabupaten Gunung Kidul dikenal seantero DIY sebagai kabupaten miskin. Banyak muda-mudinya meninggalkan kampung halaman menuju kota besar, terutama Jakarta buat mengadu nasib. Bagi yang gagal, angka kematian lewat bunuh diri relatif tinggi. Uniknya, mereka bangga bahwa benuh diri tersebut telah meringankan beban ekonomi keluarga. Padahal bunuh diri dalam ajaran Islam adalah dosa besar.

Begitupula aksi rentenir dan lintah darat. Mereka dengan bujuk rayu tanpa agunan siap mengucurkan modal rupiah yang dibutuhkan masyarakat. Namun bunga uangnya–riba–mencekik leher setiap peminjam. Rentenir itu kini bermetamorfosis ke pinjaman online yang mudah, bahkan sangat mudah, namun menjerat nasabah sehingga mereka berhutang berkali-kali lipat.

“Bagaimana kita bisa menjelaskan bahwa Islam adalah solusi?” tantang Wawan seraya menayangkan berbagai contoh iklan pariwara pinjol.

***

“Membuat aplikasi Pojok Wakaf Uang Digital habis berapa besar biayanya Mas?” Pertanyaan ini meluncur dari staf pengajar di Fakultas Ekonomi Syariah IAIN Pontianak, Rasiam Bintang, MA. Sosokmuda intelek ini juga adalah Koordinator Bidang Riset di BWI Kalbar.

“Nggak ada,” kata Wawan dari meja forum presentasi di sesi tanya jawab.

“Maksudnya?” Rasiam mengejar.

“Ya tidak pakai biaya. Semua kami kerjakan dengan partisipan. Salah satu tenaga ahli IT kami asal Pinyuh, Kalbar,” timpal Wawan.

“Oh, saya kenal anak Pinyuh itu. Dia alumni IAIN,” timpal Rasiam.

“Nanti akan saya ajak ngopi anak Pinyuh itu.” Rasiam tersenyum.

***

YEWI juga mempresentasikan kerjasamanya dengan BWI dan Baznas. Ditunjukkannya data penyaluran Baznas sebesar Rp 1 miliar kepada 277 orang miskin per tahun. Masing-masing orang miskin mendapatkan Rp 300 ribu selama 12 bulan yang berarti total per orang/tahun Rp 3.600.000. “Hasil akhir dari penyaluran model begini mereka tetap miskin,” kata Wawan. Sementara Islam mengajarkan tangan di atas lebih baik daripada tangan di bawah.

Dari kenyataan itu, YEWI menjalin kerjasama dengan Baznas untuk melatih penyuluh agama yang berposko di KUA lewat dana asnab fisabilillah. Model yang dicecar adalah wakaf uang dengan melatih atau mendidik para juru dakwah di tingkat KUA. Sampai pada akhirnya 2 orang penyuluh agama masing-masing KUA di-SK-kan oleh Kantor Departemen Agama Kabupaten/Kota sebagai staf penjaga Pojok Wakaf Uang Digital di setiap KUA. Dengan demikian planning wakaf uang digital secara produktif dapat berjalan dengan mulus sebagai suatu sistem generik.

Dalam hitungan kependudukan dan realisasi ibadah umat Islam YEWI, per KUA, bisa terkumpul dana hingga rerata Rp 1 miliar. Ini sebuah gerakan wakaf uang yang berpenampilan pragmatis sekaligus anggun dan manis. Kesannya sudah seperti perbankan modern. Bahkandi KUA Semin, BWI Kalbar menyaksikan penggunaan touch-screen, atau layar sentuh.

Keberhasilan penerapatan wakaf uang secara digital dan produktif melahirkan program baru dari YEWI, yakni wakafpreneur. Program ini membingkai lebih banyak pemangku kepentingan seperti dinas-instansi terkait, terutama UMKM dan BUMDes.

Program ini mereka desain sebagai hub hulu, hilir dan halal. Sebuah mata rantai pemutus aktivitas para rentenir dengan adagium riba kepada terwujudnya ekosistem ekonomi syariah yang murah, mudah, dan panen pahala sampai nyawa terputus, pahalanya mengalir terus. Wakaf uang ini berkelanjutan, terus-menerus, abadi dan selamanya. Begitulah indahnya wakaf. Keabadiannya dijamin Allah SWT. Kita kini melihatnya nyata di dunia. Insya Allah nanti juga di akhirat.

Agaknya seluruh gerakan wakaf uang di DIY itu dapat pula diterapkan di Kalbar dengan sinergi BWI-Baznas-KUA dan juga desa-desa mandiri yang terus digalakkan oleh Gubernur Kalimantan Barat. * (kan)